Sabtu, 18 Oktober 2014

Sekilas Kota Tanjungpinang



Sejarah
Tanjungpinang adalah sebuah kota di ujung selatan Pulau Bintan,dan berjarak sekitar 1,5 jam perjalanan kapal laut dari singapura dan 3 jam dari Johor-Malaysia.Kota yang sarat akan sejarah, budaya dan adat istiadat Melayu. Kondisi Geografisnya yang terdiri dari beberapa pulau merupakan keistimewaan tersendiri bagi Kota Tanjungpinang. Salah satu pulau yang sarat dengan sejarah adalah Pulau Penyengat, Pulau ini tidak terlalu besar, hanya 3.5 Km 2 akan tetapi di Pulau ini terdapat banyak peninggalan berupa potensi cagar budaya dengan wujud bangunan-bangunan arsitektural, makam, dan Situs. Disisi lain Pulau Penyengat adalah tempat kelahiran Pahlawan Nasional Bahasa Raja Ali Haji yang terkenal dengan Gurindam 12-nya ini terletak pada lokasi yang sangat startegis yaitu berada di sebelah barat Kota Tanjungpinang dan untuk kesana dapat dilewati dengan jalur transportasi laut tak lebih dari 15 menit.

Dahulu Pulau yang berhadapan dengan Kuala Sungai Riau ini selalu menjadi tempat pemberhentian para pelaut yang lewat di kawasan ini terutama untuk mengambil air tawar. Konon suatu ketika para pelaut yang sedang mengambil air tawar tersebut diserang oleh sejenis lebah yang disebut Penyengat. Akibat serangan lebah tersebut, jatuh korban jiwa dari pelaut. Sejak saat itulah pulau ini dinamakan Penyengat Indera Sakti dan selanjutnya lebih dikenal dengan Pulau Penyengat sampai sekarang. Karena letaknya yang cukup strategis bagi pertahanan, Pulau Penyengat dijadikan Pusat Kubu pertahanan Kerjaan Riau oleh Raja Haji yang Dipertuan Muda Riau IV (termasyhur dengan gelar Raja Haji Syahid Fisabilillah/Marhum Teluk Ketapang) ketika melawan Belanda pada tahun 1782-1784.

Pada tahun 1803 Pulau Penyengat yang telah di bina dari dari sebuah pusat pertahanan menjadi negeri dengan segala fasilitas yang memadai, dijadikan mahar dari Baginda Raja Sultan Mahmud kepada Raja Hamidah atau Engku Puteri, anak seorang yang dipertuan Riau yang terkemuka yaitu Raja Haji Fisabilillah atau Marhum Teluk Ketapang. Selanjutnya pulau Penyengat menjadi tempat kediaman resmi Para Yang Dipertuan Muda Kerajaan Riau Lingga, sementara Sultan (Yang Dipertuan Besar) berkedudukan di Daik-Lingga.

Motto Kota Tanjungpinang 
JUJUR BERTUTUR BIJAK BERTINDAK” yang tertulis pada pita berwarna coklat mengandung makna amanah dan bijaksana dalam menyelenggarakan pemerintah dan sebagai pelayan masyarakat dapat memberikan kekekalan dan keabadian yang nyata bagi masyarakat Kota Tanjungpinang. sumber:kemendagri